Minggu, 3 Juli 2016, seperti biasa setiap hari smartphone ibarat menjadi hal yang tidak bisa dipisahkan bagi hidup saya, ibarat kata sudah seperti istri sendiri (lebay sedikit, hehehe). hampir tiap beberapa menot sekali memantau apa yang jadi perbincangan di beberapa grub WA yang terpasang pada smartphone. Bagi saya namanya smartphone harus bisa memberi manfaat lebih bagi saya, maka dari saya terus berusaha menggunakan smartphone ini untuk hal-hal yang positif. malam ini kebetulan pas ada waktu luang tal seperti biasannya disibukkan dengan wira-wiri demi kemaslahatan umat. untuk mengisi waktu kosong saya mencoba lihat beberapa grub WA. ternyata tak sia-sia. disalah satu grub WA saya, yakni Penggerak Gusdurian, pas ada diskusi tanya jawab online dengan mbak Alussa wahid, selaku Bu imam di Jaringan GusDurian ini. diskusi ini diawali prolog dari mbak alissa wahid.
pernah dengar kisah para pemuka agama antri di depan pintu surga kan. Joke GD yang ini, sangat menggambarkan soal pentingnya Prinsip (Nilai Luhur, Sunatullah) dalam kehidupan GD. Menurut GD, kita sering kehilangan inti/substansi, karena sibuk dengan prosedur dan tampak luar biasa.
Gus Dur adalah tokoh yang berlandaskan prinsip. Principle-centered, bukan power-oriented, politics-oriented, family-oriented. Orang yang hidupnya berorientasi power, dia akan mengukur semua aspek kehidupannya dalam kepentingan power. Uangnya digunakan utk memperkuat power. Jabatan dikejar utk mendapat power. Keluarga “dimanfaatkan” utk memperkuat power. Bahkan agama akan dia pakai untuk melegitimasi power. Ini contoh orientasi hidup.
Orang yg hidup berlandaskan prinsip maka segala sesuatu dalam hidupnya diukur & direspon menurut prinsip-prinsip. GD masuk golongan ini. Hampir 100 tokoh terlibat saat kami menyarikan apa saja prinsip hidup GD. Ketemulah 9 yang utama: 9 NUGD.
Jadi apapun konteksnya, semua hal dalam kehidupan berbangsa beragama, akan direspon oleh GD melalui Prinsip-prinsip hidup ini. Makanya ruang gerak GD kemudian menjadi sangat luas: membela Inul sampai bangsa Papua, agama sampai HAM, lokal bingit sampai global.
Jaringan Gusdurian sejak awal memilih untuk mengikuti cara pandang ini, bukan memilih ruang gerak. Jadi isu kita bukan hanya demokrasi, atau konflik antar umat agama, atau intoleransi. Tetapi bisa isu apa saja, dengan merujuk pada 9 NUGD sebagai cara pandang kita melihat persoalan.
Saudara kita di FNKSDA berfokus pada isu konflik SDA. Wahid Foundation (dulu WI) berfokus pada isu Islam ramah & advokasi kemerdekaan beragama. Kita di JGD tidak. Batasan kita hanya non politik praktis saja. JGD tetap berpolitik kebangsaan, tapi tidak berpolitik praktis. Ini pilihan sadar dalam diskusi pembentukan jaringan gusdurian di jakarta yang dihadiri kang savic ali, mas luthfie jepara, kang saiful huda shodiq, mas zastrouw, kawan2 santri gus dur ciganjur, dll. Bahkan tuntutan dari hadirin karena waktu itu masih ada kecemasan bahwa ini akan dijadikan kendaraan politik.
Di Ciganjur sendiri, kami memotret gerakan GD dalam 4 gelombang: GD sebagai mujadid dan tokoh gerakan islam transformatif sejak tahun 70an, GD sebagai tokoh gerakan masyarakat sipil sejak tahun 80an, GD sebagai tokoh gerakan politik termasuk di akhirnya menjadi politisi praktis sejak th.90an, dan GD sebagai pejuang kemanusiaan.
Jadi soal non politik praktis ini bukan soal alergi ya. Tetapi soal pilihan gerakan saja, untuk menyatukan gelombang yang lain dan "mensterilkannya" dari dinamika politik praktis. demikian soal 9NUGD dan mengapa ini penting bagi JGD.
Poin pentingnya: JGD adalah gerakan berbasis NUGD, lintas isu, dan selalu menggunakan cara pandang sesuai dengan 9NUGD.
setelah prolog selesai selanjutnya ada beberapa pertanyaan yang muncul, yang dilontarkan melalui moderator, diantaranya sebagai berikut.
Begini mbak, kemarin kami sempat memberikan kesempatan kepada teman-teman untuk bertanya tentang 9 NU GD. Nah, banyak pertanyaan dari teman-teman yang masuk, Mbak. Diantaranya ada Mas #Bahar, Gusdurian Solo. Pertanyaannya begini mbak..
1. Dalam nilai ketauhidan sebagai landasan awal pada 9 nilai utama Gus Dur, menjelaskan bahwa Gus Dur melampaui kelembagaan dan birokrasi agama. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa ketauhidan merupakan kesadaran makhluk akan keberadaan Tuhan. Bukan hanya sekedar pengucapan atau penghapalan. Nah, bagaimana penerapan bertauhid dalam tatanan kehidupan sekarang? Mengingat propaganda dari agamis kanan yang sangat gencar dilakukan melalui media apapun, bahkan telah memasuki ruang di tv yang bisa diakses oleh siapapun menjadi sebuah kekhawatiran.
2. Bagaimana penerapan keadilan yang sesungguhnya? Dalam hukum, dikenal hukum harus memenuhi 3 hal yaitu kemanfaatan, keadilan dan kesejahteraan. John Rawl, yang masih dijadikan panutan dalam hal teori keadilan terlalu memihak kepada kapitallisme. Nah, lalu bagaimana nilai keadilan yang harus diterjemahkan dalam salah satu nilai utama Gus Dur?
Bagaimana menurut Mbak Alissa. setelah pertanyaan dilontarkan kemudian mbak alissa menjawab satu persatu.
Pertanyaan 1, soal Ketauhidan. Dalam kehidupan dan perjuangannya, Gus Dur meletakkan ketauhidan sebagai sumber utama prinsip-prinsip hidup GD lainnya. GD meyakini bahwa agama merupakan tuntunan untuk kita mengimplementasikan keimanan kita kepada Allah SWT, tetapi bahwa intinya adalah keimanan tersebut.
Karena itu GD concern saat agama didahulukan di atas keimanan. Contohnya menurut beliau, perjuangan untuk menggelorakan syariat Islam haruslah pada ranah kultural. Bagaimana setiap muslim hidup dengan prinsip syariat dalam kesehariaannya. Bukan dijadikan hukum formal apalagi ideologi negara, karena bila demikian, agama akan menjadi alat kekuasaan saja. Digunakan untuk menindas warga, atas nama Tuhan.
Karena itu GD concern saat agama didahulukan di atas keimanan. Contohnya menurut beliau, perjuangan untuk menggelorakan syariat Islam haruslah pada ranah kultural. Bagaimana setiap muslim hidup dengan prinsip syariat dalam kesehariaannya. Bukan dijadikan hukum formal apalagi ideologi negara, karena bila demikian, agama akan menjadi alat kekuasaan saja. Digunakan untuk menindas warga, atas nama Tuhan.
contoh paling kuat saat ini adalah Aceh. Syariat Islam menjadi alat untuk melegitimasi kebijakan2 tidak rasional seperti perempuan harus duduk menyamping di atas motor. Bahkan dalam konteks penutupan warung kopi antara maghrib & isya, yang ada jadi munafik semua: pintu depan ditutup, tapi warkop di dalam rame. Coba bayangkan bila yg terjadi adalah sebaliknya: warga begitu bergelora semangat beribadahnya, dan menutup sendiri warung2 antara maghrib & isya. Itu ketauhidan in action.
Ketauhidan bagi GD pada intinya adalah untuk menegakkan Islam Rahmatan lil Alamin, Islam pembawa rahmat untuk semesta. Itulah kejayaan Islam yang sejati. Jadi setiap saat ada yang mengatasnamakan Islam tapi mengambil hak orang lain apalagi menindas, GD pasti lantang bersuara, karena begitulah perjuangan yang dipilih beliau.Kita harus bagaimana? Bagi yang muslim, saat sedang bertindak atas nama GDian, ya kembali ke prinsip di atas. Bagi GDian yang nonmuslim, monggo bentuk spiritualitasnya seperti apa.
Saya berharap kawan2 semua mau mengeksplorasi lebih dalam mengenai hal ini. secara personal maupun di komunitas/forum lokal gusdurian. Kita memang perlu selalu "mengasah gergaji" ketauhidan kita, agar selalu tajam.
Dalam semua konteks persoalan, apakah kita selalu menggunakan kacamata keadilan dalam merespon? Atau kadang-kadang masuk, kadang-kadang tidak, tergantung kebutuhan. Misalnya saat kita jadi Bupati atau Mentri apakah kita akan menentukan kebijakan berdasarkan kepentingan konstituen kita saja, atau berlaku adil bagi semua rakyat (dengan melakukan affirmative action terhadap konstituen).
Dalam konteks sederhana, ini akan menentukan sikap kita akan defensif atau fair dalam menyikapi konflik2 yang ada di sekitar kita. Begitu ya utk soal keadilan. Suatu ketika bisa undang mas Savic Ali untuk diskusi mendalami value ini.
Tanya 3. Thoriqoh. GD yang memang Nilai Utamanya adalah Pembebasan, meguru kepada semua guru dan mursyid, baik dalam ilmu2 duniawi maupun ukhrawi. Beliau meyakini kebenaran itu seperti patung yang perlu dilihat dari berbagai sudut. Demikian juga soal thoriqoh. Beliau dekat dengan TQN dan thoriqoh2 lainnya. Dalam bahasa Psikologi: eklektik.
Beliau meletakkan dirinya sebagai murid kepada semua yang dianggap berilmu, baik yang terkenal maupun tidak, tokoh yang besar maupun kecil, dst. Terakhir dari saya: Mendalami 9NUGD memang butuh proses. Jangan lupa bahwa kita semua individu dengan nilai2 yang berbeda. Secara pribadi, teman2 sah banget punya nilai yg berbeda.
Hanya saat bertindak mengatasnamakan JGD, kita meminta teman2 untuk setia kepada 9NUGD ini.
tidak terasa sudah 45 menit mbak alissa memberikan banyak penjelasan yang telah banyak memberi gambaran tambahan terkait pemahaman terhadap Gus dur. meskipun banyak pertanyaan yang belum dijawab tapi semua anggota grub merasa sangat puas sekali. ada yang mengusulkan memang tidak perlu panjang-panjang terkait waktu, yang terpenting yaitu selalu istiqomah.
Tadarus Ilmiah 9 Nilai Utama Gus Dur
Label:
SERBA-SERBI
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment