Tuhan Yang Maha Esa. Powered by Blogger.
RSS

*bagi perokok..ada kabar gembira..*

Mau subuh ono sing nakokno ukoro rokok nang ustad.

Umat : "nuwun sewu Ustad, teng surgo wonten rokok?"

Ustad ; "ono..."

Umat ; "matur suwun infonipun , plong dateng manah dalem wonten rokok teng surga

Ustad  : "Nanging....."

Umat : "Nanging kados pundi Ustad ?

Ustad: "Nanging ndik surgo ora ono geni, dadi lek awakmu pengen nyumet rokok,  kudu nang  NEROKO disik......"😋😋😋

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Respon Mendikbud Terkait Petisi online Tolak full day School

Wacana full Day School yang digulirkan oleh bapak mendikbud, Muhajir Efendy sempat menjadi bahan pembicaraan di masyarakat. berbagai tanggapan muncul dimana-mana. banyak pihak yang menilai wacana tersebut kurang tepat diterapkan dinegara ini. Banyak pro dan kontra yang muncul. Berbagai gerakan untuk membatalkan wacana ini dilakukan oleh masyarakat. Salah satu gerakan itu muncul dari Deddy mahyarto kresnoputro yang mengajak netizen untuk menandatangani petisi online untuk menolak Full Day School yang dillontarkan oleh mendikbud. Dari petisi online tersebut telah berhasil mengajak sekitar 40 ribuan lebih netizen untuk menandatanganinya. Hingga akhirnya mendikbud menanggapi petisi online tersebut. berikut dibawah isi dari tanggapan Menteri pendidikan dan Kebudayaan RI bapak muhadjir efendy.

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera,

Saya mengikuti perkembangan diskusi dan percakapan di pelbagai media sosial, media cetak hingga elektronik terkait gagasan untuk menambah jam kegiatan ekstrakulikuler di sekolah. Saya sangat berterimakasih kepada banyak pihak yang nyata-nyata memiliki kepedulian guna perbaikan dunia pendidikan kita. Saya juga menghargai petisi "Tolak Pendidikan "Full Day School"/Sehari Penuh di Indonesia" yang digulirkan Sdr. Deddy Mahyarto Kresnoputro yang telah mencapai 41 ribu lebih pendukung.

Saya percaya, pelibatan partisipasi publik dalam perdebatan sebuah gagasan mutlak diperlukan. Dengan begitu, upaya kita bersama membangun budaya demokrasi dalam proses bernegara dan berbangsa akan terus mendapat suntikan energi menuju tahap yang lebih dewasa. Dalam semangat dan perspektif inilah saya sangat membuka diri dan menghargai pelbagai sumbangsih pemikiran, masukan bahkan kritikan sebagai tanggapan yang ditujukan kepada saya dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Saya sangat menyadari persepsi dan pemahaman publik terhadap istilah "full day school" (FDS) cukup beragam sesuai perspektif dan pengalaman banyak pihak. Sejak awal saya tekankan bahwa FDS yang dimaksud adalah penambahan jam kegiatan ekstrakulikuler usai jam pelajaran pokok di sekolah. Gagasan ini justru menghindari penambahan beban mata pelajaran di sekolah yang selama ini sangat memberatkan anak-anak kita. Yang perlu sama-sama kita pahami, gagasan semacam ini bukanlah baru. Bahkan sudah banyak institusi pendidikan maupun yayasan yang mempraktekkan model FDS ini. Saya pun tidak menutup mata mengenai perbedaan geografis dan karakter masyarakat yang beragam sehingga berdampak pada tingkat efektivitas praktek FDS. Wakil Presiden Bapak Jusuf Kalla telah memberi arahan agar gagasan FDS jika sudah dirumuskan secara komprehensif diterapkan secara terbatas dahulu sebagai percontohan.

Prinsipnya, pendidikan haruslah sejalan dan sebangun dengan kepentingan memerdekakan, memanusiakan, dan menggembirakan peserta didik. Muatan ekstrakurikuler usai jam pelajaran di sekolah diarahkan untuk membangun karakter peserta didik melalui beragam kegiatan sesuai minat dan bakat seperti olah raga, kreativitas seni, belajar sastra, latihan kepemimpinan, dan pendidikan kerohanian. Saya sependapat bahwa peran sekolah tidak boleh didistorsi menjadi pemasung imajinasi dan pembunuh kreativitas anak-anak kita. Semangat ini sejiwa dengan komitmen Nawacita Presiden Jokowi, proporsi terbesar muatan pendidikan di tingkat sekolah dasar dan menengah pertama adalah pembentukan karakter. Ini adalah fondasi membangun karakter manusia Indonesia yang patriotik, berintegritas, menghargai kebinekaan, pekerja keras, dan berdaya saing tangguh.

Perlu digarisbawahi, tidak ada pikiran untuk meminggirkan keberadaan institusi-institusi pendidikan sosial dan keagaman maupun wadah pengembangan kreativitas seni dan budaya di luar lingkungan sekolah. Justru keberhasilan pendidikan akan sangat tergantung kepada kualitas hubungan dan kolaborasi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendampingan dan pengawasan secara simultan dari ketiga unsur tersebut akan melindungi anak-anak kita dari pengaruh-pengaruh buruk.

Saya beserta jajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membuka diri terhadap segala masukan kontruktif dan koreksi demi perbaikan sistem dan tata kelola pendidikan di Indonesia. Kami akan senantiasa mendengar, membuka mata, dan terus mengkaji gagasan yang ditawarkan sesuai pengalaman maupun contoh-contoh guna memperbaiki dan memajukan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Saya percaya, akan selalu ada solusi atau jalan tengah dalam proses dialog mencari titik temu dari satu gagasan yang diperbincangkan secara sehat. Kita semua memiliki tujuan yang sama, yaitu membenahi dunia pendidikan, jalan masa depan untuk anak-anak kita.

Terimakasih banyak atas kepedulian saudara. Semoga Tuhan memberkati niat mulia kita untuk membenahi dunia pendidikan Indonesia.

Jakarta, 13 Agustus 2016

Muhadjir Effendy
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments1

Berikan pemahaman sejarah Lakpesdam NU Kab.Blitar adakan Bedah buku "Rekonsiliasi Kultural tragedi 1965"

Berbicara sejarah tragedi 1965, tak akan pernah ada habisnya. Perdebatan masalah mana yang benar dan mana yang sampai saat ini belum ketemu benang merahnya. Selain itu juga penyampaian sejarah yang beredar selama ini diyakini beberapa pihak masih terjadi semacam pengaburan. Sehingga efeknya terjadi "phobia" tersendiri jika mendengar "PKI". terlebih lagi isu tersebut dimanfaatkan beberapa pihak yang justru apabila bola tersebut dibiarkan menggelinding begitu saja akan menjadi bom waktu yang bisa meletus lagi tragedi berdarah 51 tahun silam.
maka dari Lakpesdam NU kabupaten Blitar pada sabtu, 13 agustus 2016 mempunyai kegiatan besar, yaitu mengadakan Bedah Buku yang ini berjudul Rekonsiliasi Kultural Tragedi 1965 catatan pengalaman syarikat Indonesia. Dalam kegiatan yang sukses bekerja sama dengan syarikat Indonesia ini dilatar belakangi oleh pentingnya memberikan pendidikan sejarah kepada para kalangan pemuda terutama kalangan mahasiswa NU. Ini diberikan untuk memberikan pendidikan supaya para pemuda saat ini tidak mudah terpecah belah oleh isu yang sempat beredar beberapa saat lalu, yaitu tentang akan bangkitnya kembali PKI di negeri ini. Dalam kegiatan yang diselenggarkan di Kampus stit al muslihuun ini, turut langsung menghadirkan ketua Syarikat Indonesia, Ahmad Murtajib, Mohammad asrofi selaku salah satu penulis di buku ini dan pengurus lakpesdam Nu kabupaten Blitar, Bapak munib selaku penggagas dan pelaku Rekonsiliasi di Blitar, dan bapak sukiman selaku mantan Aktifis Lekra. Buku ini mencatat sekaligus merekam kembali bagaimana kronologi rekonsiliasi Kultural yang dilakukan oleh Lakpesdam NU pada tahun 2000 hingga sekarang. Rekonsiliasi ini dilatar belakangi oleh betapa perlu diberikan pemahaman lebih kepada masyarakat terutama warga NU, karena sejarah telah mencatat selama ini yang mudah dibenturkan yaitu dari kalangan warga NU dan PKI. dimana pada buku ini juga dijelaskan perjalanan panjang dari proses rekonsiliasi yang dilakukan lakpesdam NU kabupaten Blitar pada waktu itu. cerita itu masih terdengar jelas dari bapak sukiman bagaimana situasi dan kondisi yang terjadi pada waktu itu. beberapa hasil dari rekonsiliasi kultural yang dilakukan pada waktu itu sudah bisa dilihat hingga saat ini. Dimana warga NU yang sering terjadi benturan dengan PKI dan menjadi semacam dendam mendalam sudah mulai mencair. Dimana dulu sebelum dilaksanakan rekonsiliasi warga Eks PKI ketika melihat orang-orang NU terutama pemudanya ada suatu amarah yang terpendam, tetapi sekarang setelah adanya rekonsiliasi semua itu sudah hilang dan bahkan sudah sering melaksanakan kegiatan bersama tutur bapak sukiman. banyak cara yang dilakukan pada waktu itu untuk melakukan Rekonsiliasi kultural seperti halnya melebur dengan masyarakat dengan mengadakan pertunjukan seni kentrung, pipanisasi, dan memberikan bantuan kredit kepada kelompok masyarakat disana

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0