Tak terasa sudah 68 tahun negeriku telah merdeka, bukan usia muda lagi
jika disamakan dengan usia manusia. Bukan anak-anak, bukan remaja, bukan dewasa
lagi atau mungkin sudah bisa disebut dengan sebagai manula. Usia yang sangat
matang untuk menetukan arah mau kemana ia menuju. Tapi semua itu berbanding
terbalik dengan fakta yang terjadi. Banyak generasi ke generasi pemimpinnya
tidak bisa amanah terhadap apa yang diwariskan oleh para pendiri bangsa ini.
Teringat beberapa kali mendengar kata-kata orang jawa, jika seorang bapak itu
kaya, anaknya yang menikmati, dan keturunan selanjutnya yang menghabiskan
semuanya. Kelihatannya ungkapan itu sepertinya berlaku untuk negeri kita saat
ini. Negeri ini memang kaya, tetapi dari generasi ke generasi penerusnya yang
ada hanya bisa menghabiskan tanpa memikirkan apa yang bisa diwariskan untuk
anak cucunya nanti.
tingkah pola seorang pemimpin yang suka mempermainkan rakyatnya. Menambah
panjang sulitnya negeri ini untuk benar-benar pantas menyandang kata apa yang
disebut dengan “MERDEKA”. hal ini mengingatkan saya pada salah satu
puisinya gus mus :
Aku harus bagaimana
Aku kau larang berjudi, permainan spekulasimu menjadi-jadi
Aku kau suruh bertanggung jawab, kau sendiri terus berucap Wallahu A’lam
Bisshowab
Kau ini bagaimana
Kau suruh aku jujur, aku jujur kau tipu aku
Kau suruh aku sabar, aku sabar kau injak tengkukku
Aku harus bagaimana
Aku kau suruh memilihmu sebagai wakilku, sudah ku pilih kau bertindak sendiri
semaumu
Kau bilang kau selalu memikirkanku, aku sapa saja kau merasa terganggu
Kau ini bagaimana
Kau bilang bicaralah, aku bicara kau bilang aku ceriwis
Kau bilang jangan banyak bicara, aku bungkam kau tuduh aku apatis
Aku harus bagaimana
Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatifnya, aku kasih alternatif kau bilang jangan
mendikte saja
Kau ini bagaimana
Aku bilang terserah kau, kau tidak mau
Aku bilang terserah kita, kau tak suka
Aku bilang terserah aku, kau memakiku
Kau ini bagaimana
Atau aku harus bagaimana
Pada puisi itu digambarkan pemerintah seperti plin-plan dan tak
punyaprinsip. dan itu masih relevan unuk menggambarkan keadaan saat ini,
padahal puisi dibuat pada orde baru dahulu.
ketika
saya membaca sebuah bukuyang intinya mengatakan bahwa dunia anak,
dunianya bermain. Ketika ini tidakdapat dipenuhi tentunya juga akan
mempengaruhi kondisi psikologis seseorangketika sudah menginjak dewasa.
Beda zaman, beda juga jenis mainan dan medianya.Ketika dulu anak-anak
kecil masih suka bermain tradisional tetapi itu semuauntuk saat ini
sudah ditinggal. Tergantikan dengan model main-mainan yang berbaukearah
teknologi. Padahal kalau dilihat dari segi positifnya pola
mainantradisional yang lebih bagus, yang lebih mengutamakan interaksi,
sosial, dansemangat kebersamaan yang tinggi. Berbeda dengan pola mainan
seperti saat iniyang lebih bersifat tekonolgi yaitu main2an seperti GAME
online, yang cenderungmengarah pada menonjolkan keindividualnya,
keegoisannya. Pada semua apa yangdidapat dalam kesehariannya akan
tertanam pada otaknya. Belum sistem pendidikanyang berlaku saat ini,
sekedar hanya menjadikan orang menjadi pintar saja,bukanya mengajarkan
orang untuk menjadi Tahu sekaligus mengerti. Pendidikanhanya
berorientasi pada nilai saja. Tanpa mempertimbangkan aspek yang lain.
lebih mengunggulkan aspek kognitif dari pada psikomotorik.kita semua
tidak dapat memungkiri ketika selesei pembagian KHS, sebagian dari kita
bertanya-tanya satu dengan yang lainnya "
IP mu piro cah? (IP kamu
berapa?)". salah seorang teman yang merasa IPnya Bagus dengan bangganya
mengatakan "IP ku sekian". memang itu jg salah kewajiban kita meraih
itu semua. tetapi yang menjadi masalah apakah kita mampu mempertanggung
jawabkan ketika nanti sudah terjun dimasyarakat. padahal itu semua kalau
boleh mengatakan Ipitu hanya sebatas angka saja. tetapi yang paling
penting itu bagaimana kita dpat mempertanggung jawabkannya kelak nanti
ketika sudah terjun dimasyarakat lain. banyak sekali orang pintar, tepai
kebanyakan mereka hanya
minteri yang lain. masalah lain yaitu
anggapan orang-orang sekitar kita memandang orang yang berhasil dalam
pendidikannya yaitu orang yang mempunyai harta banyak. kita sering
dengar bnyak yang bilang " orang itu setelah kuliah tatmatan dari
universitas X sekarang sukses punya Bla...bla.. bla..". banyak orang
kita menafikkan orang yang sukses dari pendidikannya yaitu memiliki
aklhak yang baik dan sebagainnya. jarang sekali kita mendengar orang
yang bilang " anaknya si X sukses jadi orang baik sopan setelah kuliah
dari universitas X"
padahal jika dilihat dalam UU sisdiknas no 20 thn 2003 yang berbunyi
“Pendidikan
Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”. dari sini kita lihat bersama-sama tujuan utama pendidikan yaitu membentuk peradaban yang beradab.
Hal-hal itulah yang nantinya penyebab bahaya
apabila mengahsilkan pemimpin yang nantinya akan memimpin negeri. Ketika masa
kecil tidak mengaktualisasikan diri secara sempurna, ketika menginjak dewasa
akan mengeskpresikannya ke hal2 yang lain.
Ketika itu semua terjadi
yang ada yang ada tidak berjalannya suatu fungsi kepemimpinan negeri ini. Ada adagium
teori sosial menyatakan, sesuatu akan tetap ada kalau dia berfungsi, kalau
sampai hari ini pemimpin negeri ini ada, maka berarti ia berfungsi. Kemudian banyak pihak menggugat,
fungsi apa yang sedang telah dilaksanakannya. Semua telah
berkepentingan pribadi untuk memperkaya diri sendiri. Pengaruh-pengaruh
kapitalis dan neoliberism telah mulai meronrong masuk dalam setiap lini. Kalau
boleh meminjam istilah Hal ini seperti halnya sebuah “kudeta konstitusional”.
Kemal mustafa attarturk mengatakan tidak penjajah dan orang yang dijajah, yang
ada hanyalah orang yang membiarkan dirinya dijajah. Kata-kata itu
mengajarkan kita untuk selalu terus bergerak, untuk mengejar kemerdekaan yang
sesungguhnya. Karena sesungguhnya meraih kemerdekaan tak akan pernah usai.
Untuk menuju itu semua hal yang harus kita lakukan yaitu bangun dari penjajahan
berupa kebodohan.
BERGERAK MELAWAN, ATAU DIAM TERTINDAS!!!!!!!!!!!!!!!!
Nyanyian
sebuah nyanyian dari yang dicuplik dari pcpmiipurwokerto.wordpress.com,
KOLAM SUSU ……… katanya
Bukan mainan ini
negaraku
Janganlah kau korupsi
Indonesiaku
Ada bawang, ada daging
kau korupsi
Hidup rakyat kau buat
seperti ini
Orang bilang tanah kita
tanah syurga………… (katanya)
Tapi utangnya sangat
luar biasa
Orang bilang tanah kita
tanah syurga………… (katanya)
Harta negara dikorupsi
semua