beberapa waktu lalu masyarakat dibuat galau dengan kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM. spontan saja hal tersebut diikuti protes dari berbagai lapisan masyarakat. tidak hanya para elit politik, mahasiswa, pengamat dan para ibu-ibu dengan gaya obrolannya dengan para perkumpulannya. bukannya tanpa sebab mereka melakukan itu semua. karena mereka menilai bahwa kebijakan yang diambil tersebut sangat tidak pas apabila dilaksanakan pada saat itu. dengan dalih solusi pembenahan ekonomi pemrintah mencoba menyakinkan masyarakat apa yang kebijakan yang diambil itu sangat bagus sekali. misalnya untuk menutupi APBN yang jebol, memperbaiki nilai rupiah dan berbagai alasan lainnya. sebagai subsidi pengganti untuk rakyat miskin pemerintah membrikan dana BLSM yang jumlahnya 450 ribu perbulan ataU sama halnya dengan 150 ribu per bulan per keluaraga. pada hal klo di hitung dengan matematika apabila dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 4 orang, jumlah tersebut sangat jauh dari kata cukup. kita hitung saja 150 ribu/ 30 (banyak hari dalam 1 bulan)=5000, jumlah tersebut apabila dibagi lagi dengan jumlah anggota keluarga, jadi per orang hanya mendapat subsidi 1250 per hari. itu pun sangat tidak mencukupi untuki membantu meringankan kebutuhan mereka setelah BBM itu dinaikan dengan efek domino yang mengikutinya. terlebihnya saat ini pada saat bulan puasa kebutuhan para masyarakat kurang mampu harus menanggung beban yang dobel, ditambah kebutuhan pokok yang meroket.
SBY pun salah memahami dalam memberikan jumlah BLSM. Jumlah Rp 150,000,- itu adalah yang tidak mencukupi untuk pengentasan kemiskinan. Orang miskin kebutuhannya sangat banyak. Agar keluar dari kemiskinan, maka SBY seharusnya membantu mereka paling kurang Rp 450 juta per keluarga. Maka BLSM untuk pegangkatan kemiskinan baru akan dirasakan oleh rakyat banyak yang langsung menjadi tidak miskin.
Dengan Rp 450 juta untuk 15 juta keluarga maka yang dibutuhkan untuk BLSM hanya sekitar Rp 675 triliun. Dana sebesar Rp 675 triliun adalah sekisaran dana yang dikorupsi oleh para pejabat, anggota DPR, para partai dari mulai Nazaruddin, Anas Urbaningrum, Andi Mallarangeng, Gayus Tambunan, Luthfi Hasan Ishaaq, Ahmad Fathanah, Zulkarnaen Djabar, Wa Ode Nurhayati, Nunun Nurbaeti, kasus BLBI, kasus Century dan jelas kasus subsidi BBM yang menjadi kedok korupsi akut di Pertamina, BUMN, para pejabat dan anggota keamanan. Ingat sekitar 40% APBN dijarah oleh anggota DPR dan krooni-kroninya dalam bentuk proyek yang sudah dikapling-kapling oleh parpol. Jadi jumlah sekitar Rp 800 triliun adalah uang yang dicuri oleh para partai politik dan afiliasinya.(http://politik.kompasiana.com/2013/06/27/blsm-harusnya-rp-450-juta-blsm-rp-150000-bentuk-penghinaan-sby-kepada-rakyat-indonesia-572448.html)
setelah membuat kesalahan besar dalam menaikan BBM, pemerintah kembali membuat kesalahn besar dengan mencairkan berbagai dana konsumsi dengan hampir bersamaan yang menambah memicunya meroketnya harga-harga kebutuhan. seperti mencairkan dana BLSM, PKH, gaji ke 13 pns. dana-dana tersebut kesemuanya dana konsumsi bukan dana investasi. kita semua mengetahui bahwa budaya masyarakat kita adalah budaya konsumtif. dalam tataran ekonomi makro itu semua sangat buruk sekali bagi perekonomian. kita lihat saja beberapa waktu lalu nilai tukar rupiah mencapi 10000 lebih. padahal dulu sebelum menaikkan BBM alasannya memperbaiki nilai rupiah. kelihatanya masyarakat akan lebih lama merasakan penderitanya.
sebaiknya dana-dana tersebut lebih baik diinvestasikan kepada pendidikan, pertanian, perikanan dan program-program padat karya lainnya.
dan disaat ini para petani didaerah blitar selatan mulai merintih yang kemungkinan besar akan mengalami gagal panen. akibat dari para tanaman padi nya diserang hama. dan ini menambah besar daftar kesusahan pada masyarakat. setelah biaya perwatan yang mahal, belum lagi dampaknya lagi ketika harga pangan melambung.
tangan terkepal maju kemuka,
ilmu dan bakti kuberikan, dan makmur ku perjuangkan..
sumber: dari berbagai media, fakta dan nguping diskusi orang
(mohon dimaklumi, karena masih belajar menulis)
saran dankritik saya terima
0 komentar:
Post a Comment