Tuhan Yang Maha Esa. Powered by Blogger.
RSS

"Misuh??"

djancok, asu, gathel, djangkrik, dll adalah beberapa yang digolongkan kata-kata umpatan, dalam bahasa jawa yang lebih kita kenal dengan "Misuh". Misuh adalah kata yang sering diucapkan ketika seseorangkan sedang merasakan kekekesalan terhadap sesuatu hal, terutama di wilayah pulau jawa. masih terjadi perbedaan pendapat terkait misuh ini. dalam wilayah tertentu Misuh bukan lagi menjadi sebuah hal yang tabu di ucapkan. seperti halnya didaerah surabaya misuh, dalam hal ini kata "Dancok" justru menjadi sebuah kata yang menggambarkan keakraban seseorang. Tapi sebagian daerah memandang misuh sebagai hal bentuk kebencian yang mendalam. Unik lagi ketika sudjiwo tedjo justru mendeklarasikan sebagai presiden Republik djancuker. Kalau saya memandang ini sebagai bentuk ekspresi kepada negeri ini yang seakan sudah menjadi "djancuk'i". ada lagi pendapat yang menurut saya lucu ketika ngobrol membahas "Misuh" ini. Bahwa ketika misuh berarti kita benci terhadap kejelekan. dan benci terhadap kejelekan adalah bagian dari amar ma'ruf. 
lebih mengkhususkan pada kata "djancuk", dalam wikipedia sendiri ada berbagai penjelasan dari kata ini. Menurut Kamus Daring Universitas Gadjah Mada , istilah “jancuk, jancok, diancuk, diancok, cuk, atau cok" memiliki makna “sialan, keparat, brengsek (ungkapan berupa perkataan umpatan untuk mengekspresikan kekecewaan atau bisa juga digunakan untuk mengungkapkan ekspresi keheranan atas suatu hal yang luar biasa)”.

Kata ini memiliki sejarah yang masih rancu. Kemunculannya banyak ditafsirkan karena adanya pelesetan oleh orang-orang terdahulu yang salah tangkap dalam pemaknaan, dan versi-versi ini muncul dari beberapa negara tetangga yang orang-orangnya mengucapkan kata yang memiliki intonasi berbeda namun dengan bunyi hampir sama. Hal ini karena orang-orang dari beberapa negara tetangga tersebut mengucapkan kata yang hampir mirip kata jancok dengan ekspresi marah, geram, atau sejenisnya. Orang Jawa dahulu mengartikan kata jancok (menurut lidah orang Jawa) adalah kata makian.
Setidaknya terdapat beberapa versi asal-mula kata Jancok. dalam Versi kedatangan Arab asal-mula kata “Jancuk” berasal dari kata Da’Suk. Da’ artinya “meninggalkanlah kamu”, dan assyu’a artinya “kejelekan”, digabung menjadi Da’Suk yang artinya “tinggalkanlah keburukan”. Kata tersebut diucapkan dalam logat Surabaya menjadi “Jancok”.
Dalam lirik lagu yang diciptakan oleh dalang poer, yang berjudul "kudu Misuh", digunakan untuk ekspresi kekesalan dan kegelisahan terhadap kondisi negeri ini. permasalah-permasalahan yang sampai sekarang masih belum bisa dipastikan kapan permasalahan sosial ini akan usai.

"Kudu Misuh"
Cobo togagasen lelakonku iki
Ora ono senenge susah sing tak temoni
Ngolah ngalih gaweyan kabeh ra nate ngunduh
Dino dino isine mung kudu misuh….embuh

Cobo nggarapsawah tinggalane wong tuwaku
Gumunku saben tandur rego rabukke duwur
Bareng tibo panen rego gabahe medun
Kabeh modal utangan ora biso kesahur…ajur

Sawah tak dol murah aku nyicil angkudes
Lagi nyopirseminggu rego bensine ngenthes
Tarip tak undakke penumpang nggrundel ae
Kerep telat oli, rusak ring sak metale…oh kere

Montor ngangkrakneng bengkel ra biso ogel ogel
Rasane uripku mung kari thengel thengel
Nyepi nang kuburan golek tembusan togel
Nomer ngeblong terus aku tambah dedel duwel…oh gathel

Kabeh dalan wis buntu aku nekat Bandar dadu
Durung ono sing udu keamanan wis jaluk sangu
Ono oknum tentara ono oknum polisi
Bukaan wingiwingi wis kerep tak amplopi
Bareng prei ra nyangoni aku diseret nyang bui
Diganjar telung sasi….
Misuk sak jrone ati…..diancuk

bagaimanapun juga terlepas dari berbagai pandangan terkait Misuh ini, kita harus lihat situasi dan kondisi tempat kita akan mengeluarkan kata-kata misuh ini. Jangan sampai memberikan pandangan negatif orang lain kepada kita.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

cerita tersembunyi di Situs Punden sari


Perjalanan yang sangat mengesankan bersama-sama sahabat ketika menyusuri hutan di lereng Gunung Kawi. Perjalanan dimulai dengan berjalan kaki dari Dusun Mbambangan, Desa Resapombo, Kecamatan Doko. Dari titik ini kami berjalan kaki menuju lokasi, waktu yang kami butuhkan sampai lokasi sekitar 2, 5 Jam. Dalam perjalanan kami melewati hutan yang masih asri dengan vegetasi yang masih Rapat. Sempat kami hampir putus asa karena tidak kunjung sampai dilokasi ditambah ini dilakukan pada bulan puasa, tapi ini tidak menyurutkan tekad kami untuk terus berjalan sampai tujuan.


Diakhir perjalanan kami bertemu dengan orang yang sedang mencari rumput, setelah berdialog kecil ternyata beliau bernama pak bandi dan kebetulan beliau adalah orang yang bertanggung jawab terhadap Situs Punden Sari ini. Dari cerita beliau diketahui bahwa situs ini ditemukan warga sekitar pada tahun 1998, saat mencari Bibit kopi. Kemudian pada tahun 2002 situs ini ditetapkan menjadi Cagar budaya. Dari penjelasan pak bandi dikatakan bahwa situs ini merupakan peninggalan dari kerajaan Majapahit. Dalam situs ini juga terdapat tiga makam yang diyakini sebagai makamnya Trihapsari, Kartikasi dan Purbasari. Meskipun belum ada bukti otentik yang menguatkan ini. Beberapa peneliti dari Trowulan juga sempat singgah kesini tetapi juga belum menunjukkan lebih detail info dari situs ini. Untuk tahun berdirinya kapan juga belum ditemukan tahunnya. Saya sempat menanyakan latar belakang kenapa kuk bisa ada makam diatas, beliau mengasumsikan bahwa ini akibat dari kekalahan dari perang dan akhirnya lari ke Pegunungan karena dulu ada anggapan bahwa gunung merupakan tempat yang suci. Seperti halnya dilereng Kelud juga diketahui banyak situs peninggalan dari majapahit.



Berbeda lagi info yang diberikan oleh pak Suroso, beliau mengatakan bahwa situs punden sari merupakan pesatian atau yang diibaratkan sebagai pesantren, sebagai tempat pusat pendidikan peninggalan zaman Pra majapahit. Ini didasarkan dari beberapa beberapa peneliti dari Universitas Brawijaya. Kalau ini benar merupakan pusat pendidikan, saya berpikir dulu Blitar merupakan tempat ang sangat maju, dan terbukti sekarang banyak tokoh-tokoh besar dari Blitar. Meskipun belum ada cerita yang resmi yang saya tangkap terkait info situs ini, bagaimanapun juga situs ini harus tetap dijaga dan digali terus cerita yang tersembunyi. Harapan saya pihak terkait terus berupaya dalam mengungkap cerita dari situs ini.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Menggumam kecil

Dalam persimpangan ini ku berjalan,
menyusuri jejak-jejak kecil yang terus menarikku untuk terus melangkah.
Capek? iya, tapi aku yakin ini memang harus ku lalui.
ingin ku berhenti, tetapi ku lihat lambaian tangan itu terus memanggilku
sebuah panggilan yang terdengar pelan tapi begitu keras ketika langkah kaki ini terus mendekat.
entah apa yang menjadi menjadi keyakinan ini.
hehehehe, senyum kecil jika aku memikirkan hal ini.

pertanyaan-pertanyaan terus menggelayut dalam setiap pojok otak ini,
nyut.. nyut.. nyut... rasanya kepala ini ketika terlalu dalam ku memikirkannya.
seutas kain kecil yang menjadi simbol akan tujuan ini.
bak seperti kopi hitam, akan terasa pahit ketika kita tidak bisa menikmatinya.
yang ketika minum tiap sruputnya mengandung berbagai cita dan rasa.
Kontemplasi kecil pada tiap malam menjadikannya sebuah kekuatan tersendiri bagi raga ini,
asupan dongeng tiap hari bak motivator yang ikut serta terus memompa tenaga ini.
Lucu ? iya memang lucu bagi mereka yang tidak mampu mendalami alur ini.

belaian lembut sang malam telah membangkitkan bulu romaku,
merinding ketika apa yang menjadi harapan telah berada didepan mata, tapi sayang itu semua hanyalah fata morgana.
umpatan-umpatan kecil menjadi makanan wajibku tiap hari,
kuat tidak kuat aku harus kuat, karena aku tetap yakin Tuhan pasti memberi surprisenya kepada hambanya sedang berusaha demi cita-citanya yang keren.

93 A, 19/6/16

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0

Nahi Munkar dari Kejahatan Narkoba



Pemuda adalah tulung punggung bangsa. Pemuda adalah masa depan bangsa. Sedemikan pentingnya kedudukan peran pemuda, sehingga Bung Karno mengatakan, “Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia” (Bung Karno, Penyambung Lidah rakyat). Selain itu Bung karno juga berucap dalam pidatonya, “Beri aku seribu orang, dan dengan mereka aku akan menggerakkan Gunung semeru. Beri aku sepuluh pemuda, maka akan ku goncangkan seluruh Dunia.
Kedudukan dan peran pemuda memang sangat vital dalam pembangunan sehingga masa depan bangsa berada di tangan mereka. Di pundak mereka harapan dan cita-cita bangsa ini digantungkan. Sehingga dituntut berperan aktif dan tampil di garda terdepan pembangunan bangsa, baik fisik maupun mental spiritual atau karakter.
Dalam dewasa ini, akan Tetapi tantangan semakin kuat dalam perjalanan yang beriringan dengan arus globalisme mengakibatkan banyak sekali pemuda yang cenderung mulai menurun rasa nasionalisme. Padahal peran pemuda sangat dibutuhkan dalam proses mengawal perjalanan negeri ini.
Dalam situasi yang seperti ini ketika tidak ada benteng yang kuat dalam diri pemuda, maka yang terjadi akan membawa mereka kedalam sebuah tindakan yang cenderung mengarahkan kepada hal-hal yang bersifat negatif. Budaya-budaya yang bersifat hedonism turut menjadi sebuah gaya hidup yang terus diikuti. Ketika mereka merasa tidak bisa mengikuti segala perkembangan yang ada, dan mengarah pada tingkat stress maka larinya akan ke sebuah dunia gemerlap. Yang dianggap menjadi sebuah jawaban dan solusi dari segala permasalahan yang dihadapi.
Kita tahu sendiri ketika mereka sudah mengarah ke Dunia tersebut akan lebih dekat dengan yang namanya obat-obatan terlarang. Ini juga bukan sebuah karangan belaka, tetapi ini sudah mulai terlihat dari data-data yang ada bahwa pemuda saat ini darurat narkoba. Berdasarkan data dari Kompas, 11 Januari 2016, kepala BNN Budi waseso Mengatakan pengguna Narkoba di Indonesia meningkat hingga 5,9 Juta orang hingga pada bulan November 2015.
Ini merupakan  sebuah bom waktu yang bisa meletus kapan saja jika terus dibiarkan seperti ini. Ketika tidak segera ada tindakan nyata dari berbagai pihak untuk mencegah meluasnya hal ini.  Pada data BNN disebutkan tahun 2014, korban meninggal akibat narkoba juga cukup tinggi yaitu mencapai 33 orang per hari dan mencapai 12.044 orang dalam satu tahun.
Tidak hanya menyebabkan rusaknya mental pemuda negeri ini, kejahatan Narkoba juga membawa kerugian pada Negara mencapai Rp 63,1 triliun. Pemberian sanksi berupa hukuma mati kepada pelaku kejahatan narkoba tenyata juga tidak memberikan efek jera tersendiri. Tercatat sudah 10 orang yang di vonis hukuman mati.
Dalam lingkup yang lebih kecil, dalam hal ini wilayah Kabupaten Blitar. Dimana jika dilihat Kabupaten Blitar merupakan wilayah yang jauh dari Kota besar. Tetapi ternyata pengaruh dari narkoba ini juga tergolong banyak. Tercatat bahwa selama tahun  2015, ada penderita narkoba yang direhabilitasi di Kabupaten Blitar. Dan selama tahun 2016 samapi dengan april ada 15 orang pengguna, dari data tersebut 35 % pengguna sabu dan ganja, sisanya pil dobel L. Ini sangat ironi kita bisa bayangkan Blitar yang notabenenya sebuah kota kecil tetapi angka kejahatan narkobanya cukup tinggi. Blitar merupakan lahirnya para tokoh-tokoh besar. Dan harapanya suatu saat nanti akan lahir tokoh-tokoh besar lagi yang lahir dari Blitar. Maka dari itu persoalan yang menyangkut dengan narkoba tidak bisa dibiarkan lebih lama. 
Menanggulangi masalah ini harus dibutuhkan sinergisitas semua pihak. Tidak bisa dibebankan pada satu lembaga tertentu. Selain itu juga peran dari pemuda sendiri sangat dibutuhkan dalam mencegah efek dari merebaknya narkoba ini. Selain itu juga peran membumikan ajaran keagamaan diyakini mampu dapat mengurangi dan mencegah semakin meluasnya narkoba ini.
PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) adalah organisasi kemahasiswaan Nahdlatul Ulama yang berlandaskan Ahlussunnah wal jamaah yang mempunyai tujuan "Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia". Berdasarkan tujuan yang tercantum dalam Ad/Art Bab IV dan pasal 4 tersebut PMII selalu berada dalam garda terdepan dalam memperjuangkan cita-cita bangsa ini. Karena PMII menyadari sendiri dalam kutipan lagu  Indonesia Raya yang berbunyi “bangunlah jiwanya, bangunlah badanya untuk Indonesia raya”. Dari sini dapat diambil pelajaran bahwa dalam membangun bangsa ini perlunya membangun Jiwanya, membangun mentalnya.
Dan dalam membangun tersebut harus dimulai dengan membangun jiwa pemudanya. Karena pemuda menjadi harapan bangsa ini dimasa mendatang. Ketika moral pemuda suatu bangsa sudah rusak, maka tinggal menunggu waktu saja hancurnya sebuah bangsa tersebut. Disini PMII dengan segala kelebihannya harus mampu mengaplikasi segala ilmunya terutama aswaja sebagai manhajul Fikr harus mampu menjadi perisai yang mampu menangkal segala bentuk kemungkaran. Kader PMII harus menjadi lilin-lilin kecil yang mampu menyinari lingkungannya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read User's Comments0